Ayam ras petelur termasuk salah satu jenis unggas yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Ayam ras petelur khusus dibudidayakan untuk produksi telur. Untuk mernenuhi kebutuhan konsumen, ayam yang diternakkan harus berkualitas tinggi dengan kuantitas tetap dan berkesinambungan. Hal ini hanya akan terpenuhi jika ayam yang dipelihara berasal dari bibit unggul, diberi pakan yang cukup dan kandang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Wednesday, June 17, 2015

TIPE KANDANG AYAM PETELUR

Kandang dan perkandangan tidak hanya penting diperhatikan oleh peternak ayam pedaging. Bagi peternak unggas lainnya, kandang juga merupakan faktor penting dalam sukses tidaknya usaha ternak unggas tersebut termasuk aya


Pada lahan seluas 1 hektar atau 10.000 m² idealnya memuat populasi 20.000-25.000 ekor. Kandang pembesaran yang ideal berukuran panjang 40 m dan lebar 5 m. Kandang yang tidak terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam dalam hal ini kenyamanannya. Hal ini disebabkan semakin lebar kandang maka ayam akan sulit mendapatkan udara segar karena sirkulasi atau pergerakan udara yang lambat. Kandang type postal seluas 200 m² (40 x 5 m) cukup optimal untuk memelihara pullet sejumlah 1600 ekor hingga berumur 112 hari. Sementara itu, kandang batre yang berukuran sama bisa memuat sekitar 2500 ekor pullet (bisa lebih hemat tempat sekitar 150%).

Berdasarkan tipe lantai (postal), kandang terbagi 2 yaitu tipe lantai tanah atau disemen (litter) dan kandang panggung (slat). Pemilihan lantai kandang sebaiknya memperhatikan periode umur ayam. Berikut ini anjuran tentang pemakaian tipe kandang.
1. Masa starter (0-5 minggu) Menggunakan kandang Litter
2. Masa grower (5-10 minggu) dapat menggunakan kandang litter akan tetapi lebih baik menggunakan kandang batre (bisa dari bahan kawat atau bamboo) supaya pertumbuhan ayam lebih seragam.
3. Masa developer (10-16 minggu) lebih baik menggunakan kandang batre
4. Masa layer atau produksi (diatas 16 minggu) menggunakan kandang batre
Sedangkan kepadatan kandang yang disarankan untuk masa starter-developer untuk type lantai yang menggunakan litter sebagai berikut.
1. Umur 0-7 hari = 40 ekor/m2
2. Umur 8-14 hr =30 ekor/m2
3. Umur 15-28 hr =20 ekor/m2
4. Umur 29-112 hr atau lebih = sebaiknya 6-8 ekor/m2

Pullet yang berumur 91-112 hr sudah dapat dipindahkan ke dalam kandang batre petelur. 1 kandang batre bisa diisi 1 sampai 2 ekor. Dari pengalaman lapangan sebaiknya 1 kandang batre diisi 1 ekor. Pembuatan kandang dengan jumlah yang banyak tentu membutuhkan jumlah yang besar. Namun biaya tersebut bisa tertutup karena dengan perlakuan seperti ii maka produktifitasnya akan lebih baik, yakni 2-6% dibandingkan 1 kandang yang berisi 2 ekor. Disamping itu, tingkat kanibalisme ayam yang menyebabkan kemaian dan afkir ayam yang tidak diperlukan dapat ditekan. Kandang batre yang idela adalah berukuran panjang 120 cm, lebar 55 cm dan tinggi 27-32 cm. kandang berukuran seperti ini dapat memuat 6 ekor ayam petelur. Kadnang batre bisa berukuran sebagai berikut:
1. Batre untuk masa grower berukuran 120 x 35 x 32 cm dapat memuat 12 ekor ayam
2. Batre untuk masa layer berukuran lebar 120 x panjang 55 x tinggi depan 32 cm x tinggi belakang 27 cm dapat memuat 6 ekor ayam

Kandang ayam petelur juga dibagi menjadi dua yaitu kandang terbuka dan kandang tertutup. Kita yang tinggal di Indonesia harus bersyukur karena iklimnya lebih menguntungkan disbanding negara barat. Dengan type kandang terbuka, produktifitas aym petelur di Indonesia sudah bisa optimal karena intensitas cahayanya cukup dan temperature udara relative stabil, infestasi pembayatn kandang terbuka lebih murah jika dibandingakan dengan kandang tertutup.

Tipe kandang terbuka
Type kandang terbuka yang dapat kita temui pada peternakan ayam petelur di Indonesia umumnya ada 3 bentuk, yaitu type V , type AA dan type W. kandang type V biasanya berisi 4 atau 6 lajur / kandang. Type AA berisi 8 lajur/kandang dan type W berisi 8 lajur/ kandang
Kelebihan type V berisi 4 lajur adalah sirkulasi udara lebih lancar, intensitas cahaya matahari yang masuk lebih optimal dan produksi telur lebih baik. Kelemahannya, populasi ayam kurang maksimal dibandingkan tipe V berisi 6 lajur.


Dikandang tipe V berisi 6 lajur, sirkulasi dan intensitas cahaya matahari cukup baik tapi kandang tersebut mudah rusak. Selain itu, penanganan managemennya seperti pemberian pakan , minum serta vaksinasi lebih sulit dikerjakan karena batre lajur atas sulit dijangkau. Karenanya karyawan yang bekerja dikandang harus menginjak kandang lajur bawah untuk memberi makan kandang lajur atas.


Kandang tipe AA yang berisi 8 lajur memuat populasi lebih banyak dan intensitas cahaya matahari yang masuk cukup baik.


Kandang tipe W juga bisa memuat populasi lebih banyak tetapi sirkulasi udara di lajur bagian tengah kurang baik. Karena itu, kotoran ayam lebih lama mongering disbanding ayam tipe V, sehingga kandungan amoniak cukup tinggi akibatnya pernafasan ayam terganggu dan mempengaruhi produksi telur.


Tipe kandang tertutup
Menurut Ahmadi, Manajer Layer Development PT Charoen Pokphand Indonesia wilayah Jawa Timur, Indonesia kehilangan potensi produksi telur 270 ribu ton karena performa layer (ayam petelur) yang rendah. Angka itu estimasi dari melesetnya produksi riil layer yang hanya tercapai 19 kg/ekor/tahun (60 minggu produktif). Angka ini jauh di bawah target produksi yang tercantum dalam buku manual strain, sebesar 22,1 kg/ekor/tahun atau 351 butir/ekor/tahu (setara hen house 96%). Sistem closed house pada budidaya layer akan mampu memperbaiki produksi telur 2 kg/ekor/tahun. FCR (Feed Convertion Ratio/rasio konversi pakan) yang idealnya 2,14 dengan total konsumsi pakan 47,3 kg/ekor/tahun, membengkak jadi 2,35 (atau lebih) dengan total konsumsi pakan 44,6 kg/ekor/tahun. Pada kandang tertutup, menurut Ahmadi, FCR mampu di angka 2,2.

Ahmadi menyatakan, dari data di atas masih ada 14% peluang performa yang bisa diusahakan sebagai potensi keuntungan untuk peternak. Potensi itu bisa diubah menjadi performa produksi dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan. “Logika sederhananya, jika ayam dipenuhi kebutuhannya di tempat nyaman, maka ia bisa digenjot untuk berproduksi optimal mendekati potensi genetiknya,”tandasnya. Tak ada cara lain untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan manajemen kesehatan kecuali dengan closed house.
Selain produktivitas ayam, efisiensi luas kandang meningkat. Ahmadi menyebut, pen baterai berukuran 1,2 m2 pada kandang terbuka hanya mampu diisi 6 – 8 ekor layer dengan fasilitas 6 titik nipple drinker. Sementara di kandang tertutup, baterai ini bisa diisi 12 ekor layer, namun cukup diberi 4 titik nipple saja.

Di sisi lain, genetik ayam semakin menuntut kestabilan kondisi lingkungan agar potensi genetiknya bisa terekspresi maksimal. Secara teoritis kondisi nyaman bagi ayam ada pada suhu 20°C - 27°C dan kelembaban relatif 40% - 60%. Jika suhu melebihi 30°C maka ayam akan menunjukkan gejala stres karena panas dengan tanda nafas terengah hingga 200 kali per menit. 
Di Indonesia, kelembaban udara rata-rata 70% - 80%. Kelembaban yang tinggi, dibarengi suhu lingkungan mendekati suhu tubuh ayam menyebabkan ayam sulit membuang panas tubuhnya. Karena selisih tekanan uap air di dalam tubuh dan di luar tubuh hampir seimbang, uap air di dalam tubuh ayam tak mudah keluar dari tubuh. Padahal, uap air merupakan salah satu media pembuang panas yang efektif. Akibatnya, ayam harus bernafas lebih cepat untuk mengeluarkan uap air dari tubuhnya. Alih-alih nafas yang terengah-engah itu membantu membuang panas tubuh, kompensasi ini justru membuat energi terbuang percuma, sehingga mengganggu pertumbuhan ayam.

disnak.jatimprov.go.id