Ayam ras petelur termasuk salah satu jenis unggas yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Ayam ras petelur khusus dibudidayakan untuk produksi telur. Untuk mernenuhi kebutuhan konsumen, ayam yang diternakkan harus berkualitas tinggi dengan kuantitas tetap dan berkesinambungan. Hal ini hanya akan terpenuhi jika ayam yang dipelihara berasal dari bibit unggul, diberi pakan yang cukup dan kandang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Thursday, June 11, 2015

AI



Mendengar kata AI, merupakan hal yang sudah sangat biasa di telinga kita ibarat mendengarkan lagu-lagu yang sedang hit. AI atau avian influenza, yang secara populer disebut flu burung, sudah hampir 7 tahun menjadi “bagian hidup kita” (peternakan unggas,red). Di Indonesia penyakit AI disebabkan oleh virus AI subtipe H5N1, penyakit ini tidak mudah diberantas. Dari data hasil pemantauan Medion yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bali (Prof. Dr. drh. I. Gusti Ngurah Mahardika, kepala Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler), menunjukkan bahwa virus AI lestari di berbagai peternakan ayam di seluruh Indonesia. Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa penyakit ini selalu muncul setiap tahunnya dengan jumlah yang bervariasi.

Tabel 1. Kasus AI pada Ayam Petelur


Keterangan : BD = Belum ada data

Sumber : Technical service Medion, 2006-2010

Tabel 2. Kasus AI pada Ayam Pedaging



Keterangan : BD = Belum ada data

Sumber : Technical service Medion, 2006-2010

Virus AI yang ditemukan tahun 2008-2010 secara genetik dan antigenik berbeda dengan virus AI yang ditemukan saat terjadi kasus AI tahun 2003-2007. Tentunya perubahan tersebut tidak lepas dari karakter dasar virus AI yang mudah bermutasi. Perubahan ini juga dipicu dari pemilihan vaksin yang tidak tepat. Jika vaksin yang digunakan tidak mampu memberikan perlindungan dengan sempurna, maka ayam yang tertular akan nampak sehat namun di dalam tubuhnya terjadi perbanyakan virus terus menerus. Hal ini akan menimbulkan cemaran virus (viral shedding) yang sangat tinggi di lingkungan kandang.

Vaksin merupakan salah satu senjata penting dalam mengendalikan AI. Oleh karenanya pengkajian vaksin harus secara terus menerus dilakukan untuk memastikan apakah vaksin masih memberikan perlindungan yang sempurna. Yang dimaksud perlindungan sempurna yaitu ayam tidak sakit, tidak terjadi penurunan produksi dan tidak ada cemaran virus dari pernapasan dan kotorannya.

Virus AI Mudah Bermutasi

Virus AI mempunyai “senjata” untuk mempertahankan diri di alam. Menjadi karakteristik khusus dari virus AI ialah memiliki kemampuan untuk bermutasi di dalam genom RNA. Kemampuan bermutasi ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :

a. Faktor internal

Enzim polimerase yang berperan dalam proses replikasi (perbanyakan) virus (PA, PB1 dan PB2) tidak dilengkapi dengan sistem proofreading menjadi faktor utama yang mendorong virus AI bermutasi. Proofreadingmerupakan kemampuan polimerase DNA untuk membaca rangkaian DNA dan memperbaiki kesalahan penyusunan bagian dari salinan untaian DNA. Pada virus AI jika terjadi kesalahan pembacaan susunan asam amino dalam rantai RNA, kesalahan tersebut tidak dapat terdeteksi sehingga akan mengakibatkan munculnya varian baru virus AI.

Faktor internal lain yang berperan dalam proses mutasi yaitu proses multiplikasi virus AI yang terjadi dalam inti sel. Inti sel cenderung mempunyai luasan yang sempit, sedangkan virus AI mempunyai 8 segmen RNA yang saling lepas satu dengan lainnya. Kondisi ini dapat memperbesar kemungkinan kesalahan penyusunan asam amino dalam RNA pada saat proses replikasi .





b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang memicu terjadinya mutasi virus AI terkait dengan program vaksinasi yang kurang tepat, yaitu penggunaan vaksin dengan kandungan yang tidak homolog (berbeda) dengan virus AI lapangan. Penggunaan vaksin ini tidak akan memberikan perlindungan yang sempurna.

Proses mutasi AI secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu antigenic drift dan antigenic shift.

a. Antigenic drift

Mutasi tipe ini, virus AI hanya mengalami perubahan antigenik minor (H/N) yang terjadi dalam 1 subtipe virus. Sifat ini selalu dikaitkan dengan timbulnya suatu epidemi dari penyakit ini. Mutasi antigenic drift akan menyebabkan antibodi yang ada tidak bisa secara lengkap menetralisasi virus. Waktu yang diperlukan untuk proses mutasi ini relatif singkat, + 1 tahun.

b. Antigenic shift
Tipe mutasi ini terjadi saat dua atau lebih subtipe virus AI bercampur dalam satu inang membentuk subtipe baru. Inang yang berperan untuk mutasi ini yaitu babi. Awalnya virus AI yang mengalami mutasi antigenic shiftakan terjadi perubahan antigenik mayor oleh rekombinan H dan N subtipe yang berbeda sehingga dapat memicu timbulnya pandemi (serangan kasus AI yang terjadi secara luas, melewati batas negara). Proses mutasi ini membutuhkan waktu yang relatif lama, sekitar 8-10 tahun dengan efek yang ditimbulkan sangat berbahaya .

Kasus AI di Ayam Pedaging dan Petelur

Serangan AI akan menimbulkan gejala klinis dan patologi yang bervariasi tergantung dari tingkat keganasan virus AI yang menyerang, status kekebalan, umur ayam dan lingkungan. AI dapat menyerang semua organ tubuh mulai dari sistem pernapasan, pencernaan, sel endotel pembuluh darah, sel limfosit dan sistem syaraf.

Hasil pemantauan kasus AI di lapangan selama tahun 2008-2010, berdasarkan perubahan gejala klinis dan patologi anatomi serta peneguhan diagnosa dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR), dapat dilihat tren umur serangan, gejala klinis dan perubahan patologi anatominya.

a. AI pada Ayam Pedaging

Data kasus AI pada ayam pedaging dari 2008-2010 menunjukkan bahwa umur serangan AI dominan terjadi di umur 25-31 (umur panen). Hampir 90% dari kejadian ini bersifat mendadak tanpa diawali dengan gejala sakit, dengan pola kematian semakin meningkat dan bisa mencapai 90%. Meskipun hampir 90% tanpa gejala sakit, namun dari hasil pemeriksaan perubahan patologi anatomi akan ditemukan perubahan-perubahan. Beberapa kasus juga disertai gejala klinis mirip dengan kejadian AI di awal 2004 yaitu ada yang masih ditemukan kerokan kemerahan di kaki dan kulit.


Perubahan patologi anatomi AI grup M10, M12 dan M13 pada ayam pedaging
(Sumber : Dok. Medion)

b. AI pada Ayam Petelur

Kejadian AI pada ayam petelur merata pada umur sebelum produksi maupun setelah produksi, namun lebih dominan pada masa awal sampai puncak produksi.

Serangan AI pada ayam petelur saat ini jarang yang menunjukkan gejala spesifik, meskipun beberapa kasus masih ditemukan cyanosis pada jengger dan kaki. Serangan AI ini sering disebut sebagai AI subklinis. Pola serangan ini diakibatkan tidak cukupnya titer antibodi AI yang beredar di dalam tubuh dibandingkan dengan jumlah virus AI yang menginfeksi, sehingga masih ada virus yang lolos dari pemblokiran antibodi. Virus yang lolos ini akan masuk dan menginfeksi sel target.

Saat virus berada dalam sel target, antibodi hasil vaksinasi tidak dapat mengatasi virus, karena antibodi ini adalah antibodi yang beredar dalam darah (antibodi humoral). Mekanisme yang terjadi adalah sel tubuh akan melakukan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Jika hal ini terjadi pada sel telur, maka biasanya akan disertai dengan penurunan produksi secara drastis, sekitar 20-80% dari produksi normal.

Patologi anatomi AI pada ayam petelur
(Sumber : Dok. Medion)


Analisa Isolat Lapangan
Sejak tahun 2008 sampai saat ini, Medion secara konsisten melakukan pemantauan perkembangan kasus AI yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Spesimen AI dari lapangan dikirimkan ke laboratorium Research and Development (R&D) untuk dilakukan peneguhan diagnosa menggunakan PCR. Jika dari hasil uji PCR positif AI, langkah selanjutnya dilakukan analisa struktur genetik virus AI menggunakan DNA sequencer.



(Sumber : Dok. Medion)

Sampai pertengahan 2010, setidaknya ada 33 spesimen AI H5N1 yang telah dianalisa, 14 spesimen dari Jawa Barat, 9 spesimen dari Jawa Timur, 4 spesimen dari Jawa Tengah, 2 spesimen dari Medan dan Kalimantan serta 1 spesimen dari Lampung dan Sulawesi.

Pengecekan kesesuaian spesimen virus AI H5N1 dilakukan dengan menggunakan teknik standar internasional, baik dari OIE (2008) dan WHO (2008). Analisa dilakukan dengan cara mensekuens gen HA pada fragmen HA-1. Fragmen ini diketahui paling berperan dalam menginduksi kekebalan terhadap AI. Hasil sekuens dibandingkan dengan fragmen gen HA-1 dari beberapa virus AI asal unggas Indonesia yang ada di pusat data genetik dunia, GeneBank (http://www.ncb.nlm.nih.gov/genbank/). Data perbandingan genetik ini ditampilkan melalui pohon filogenetik (phylogenetic tree), yang memudahkan kita dalam melihat seberapa jauh perbedaan karakteritik virus AI yang baru dengan virus AI sebelumnya.

Skema 1. Analisis filogenetik isolat AI Medion 2008-2010




Secara umum, hasil analisa tersebut di atas menunjukkan bahwa virus AI di Indonesia ada 4 kelompok besar yaitu M06, M10, M12 dan M13. Virus AI dari pulau Jawa paling banyak variasinya (M06, M12 dan M13), dengan perubahan yang signifikan, terutama Jawa Barat. Perbedaan genetik virus AI tidak tergantung letak geografis. Lihat skema 1 pada M12 group dimana virus AI Kalimantan Selatan bisa mirip dengan virus AI Jawa Barat. Perubahan genetik virus AI tersebut di atas merupakan tipe mutasi antigenic drift.

Hasil ini memberikan bukti pentingnya dilakukan pemantauan perjalanan mutasi virus AI. Hasil pemantauan ini juga bisa dijadikan salah satu analisa mengapa ayam tetap terserang AI, meskipun telah divaksinasi.

Bagaimana Kinerja Vaksin AI Medion terhadap Virus AI yang Berubah?

Melihat perubahan genetik (mutasi) virus AI di lapangan selama 2008-2010, Medion secara aktif melakukan trial secara berkala untuk melihat protektivitas Medivac AI dan Medivac ND-AI terhadap virus AI terbaru tersebut.Trial dilakukan baik di kandang percobaan Biosafety Level 3 (BSL-3) maupun peternakan komersial.


a. Medivac AI dan isolat virus AI lapangan

Trial dilakukan untuk mengetahui tingkat perlindungan Medivac AI terhadap infeksi virus AI hasil isolat lapangan tahun 2008 dan 2009 yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Utara.Trial dilakukan pada ayam petelur specific pathogenic free (SPF) yang divaksin Medivac AI pada umur 4 minggu dan 3 minggu post vaksinasi dilakukan uji tantang dengan virus HPAI (104CLD50). Hasil uji tantang (grafik 1) menunjukkan bahwa titer antibodi hasil vaksinasi Medivac AI mampu memberikan perlindungan optimal (100%).






Grafik 1. Uji Tantang Medivac AI dengan Isolat Lapangan Terbaru (th 2008 & 2009)




Sumber : Trial Medion bekerja sama dengan Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler, Universitas Udayana, Bali, 2009
*) Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI), 2004

b. Kinetika pembentukan titer antibodi AI setelah divaksin Medivac AI


Grafik 2. Titer Antibodi AI Hasil Vaksinasi dengan Medivac AI dan Vaksin AI Sejenis


Sumber : data Biological Product Quality Control Medion, 2009


Trial kinetika akan menggambarkan performa pembentukan titer antibodi AI pada kondisi yang netral, tidak ada pengaruh lingkungan. Vaksin Medivac AI diberikan pada ayam petelur SPF umur 3 minggu, kemudian dipantau perkembangan pembentukan titer antibodi setiap minggu. Dalam trial ini, juga digunakan vaksin AI pesaing sejenis.


Hasil di atas menunjukkan bahwa Medivac AI mampu menstimulasi pembentukan titer antibodi secara cepat yaitu 3 minggu post vaksinasi. Titer antibodinya pun lebih unggul dibandingkan vaksin AI pesaing sejenis.






c. Medivac ND-AI pada ayam pedaging


Trial dilakukan untuk mengetahui potensi Medivac ND-AI pada ayam pedaging komersial terhadap pembentukan titer antibodi dan tingkat perlindungan terhadap infeksi virus AI. Trial dilakukan di kandang BSL-3 dengan jadwal vaksinasi umur 10 hari dengan dosis 0,2 ml dan 3 minggu post vaksinasi dilakukan uji tantang dengan virus HPAI dari M06 group (105,8EID50). Trial ini juga menggunakan vaksin pesaing sejenis.


Tabel 3. Titer Antibodi AI




Tabel 4. Titer Antibodi ND








Keterangan:
Titer protektif ND dan AI > 16
cv < 35%


Tabel 3 menunjukkan Medivac ND-AI mampu menstimulasi pembentukan antibodi AI yang protektif pada 3 minggu post vaksinasi, berbeda dengan vaksin pesaing sampai umur 35 hari titer masih di bawah standar protektif. Sedangkan pembentukan titer antibodi ND ditunjukkan pada tabel 4, dimana Medivac ND-AI dan pesaing sama-sama menstimulasi titer antibodi protektif, namun titer dan kesegaraman Medivac ND-AI lebih unggul.


Grafik 3. Indeks Kesakitan (Morbidity Index) terhadap Tantang Virus AI M06 Group




Keterangan :
0 = sehat;
1 = ngantuk, nafsu makan turun;
2 = ambruk;
3 = mati


Hasil morbidity index menunjukkan bahwa Medivac ND-AI mampu memberikan perlindungan yang lebih baik dibanding pesaing dimana nilai indeks kesakitan (gejala klinis) setelah diinfeksi virus lapangan lebih rendah.


Dari trial ini dapat disimpulkan bahwa vaksinasi dengan Medivac ND-AI pada ayam pedaging mampu menekan kematian dan tingkat penularan (viral shedding) lebih baik dibandingkan vaksin sejenis.






Uji Fisik yang Menentukan Kualitas





Uji lain yang tidak kalah penting adalah uji fisik adjuvant yang meliputi viskositas dan mikroskopisadjuvant. Viskositas (kekentalan) adjuvant ini berpengaruh terhadap kemudahan saat aplikasi vaksin (penyuntikan). Selain viskositas, keseragaman mikroskopis adjuvant juga merupakan parameter fisik yang penting. Keseragaman mikroskopis ini akan menentukan keseragaman penyebaran antigen dalam vaksin, sehingga titer antibodi yang dihasilkannya juga lebih seragam.


A : Droplet vaksin AI Medion : halus dan homogen
B : Droplet vaksin AI merek X : besar dan tidak homogen



Program Vaksinasi dan Pemantauan Titer

Panduan umum program vaksinasi AI yang kami rekomendasikan ialah:

Ayam pedaging: 1 kali vaksinasi pada umur 4 hari atau 10 hari menggunakan Medivac ND-AI Emulsionatau Medivac AI dengan dosis 0,2 ml (injeksi subkutan)
Ayam petelur dan pembibit : 3 kali vaksinasi umur 10 hari (0,2 ml injeksi subkutan), 56-63 hari (0,5 ml injeksi intramuskuler) dan 105-112 hari (0,5 ml injeksi intramuskuler) menggunakan vaksin Medivac AI atauMedivac ND-AI Emulsion. Pada ayam petelur dan pembibit setelah masuk masa produksi, pengulangan vaksinasi AI masih diperlukan. Hal ini mengingat bahwa umur serangan AI dari data pemantauan Medion tahun 2008-2010 dominan terjadi pada masa produksi. Untuk menentukan waktu pengulangan vaksinasi yang tepat, diperlukan pemantauan titer antibodi secara rutin. Dengan data ini diharapkan waktu vaksinasi ulang tidak terlambat sehingga tidak terjadi immunity gap (celah, dimana kekebalan tubuh di bawah standar protektif sehingga ayam rentan terhadap infeksi virus lapangan).


Medion telah berkomitmen untuk melakukan pemantauan perkembangan virus AI di lapangan dan secara aktif melakukan perbaikan kualitas vaksinnya, sehingga vaksin yang diproduksi dapat memberikan proteksi yang optimal. Namun demikian, kita ketahui bersama bahwa sebagus (sehomolog) apapun vaksin jika program vaksinasi tidak sesuai kebutuhan di kandang dan tidak didukung biosecurity yang disiplin, kasus outbreak AI akan sangat mungkin masih terjadi.


http://info.medion.co.id

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berpartisipasi dalam blog ini
Admin