Ayam ras petelur termasuk salah satu jenis unggas yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Ayam ras petelur khusus dibudidayakan untuk produksi telur. Untuk mernenuhi kebutuhan konsumen, ayam yang diternakkan harus berkualitas tinggi dengan kuantitas tetap dan berkesinambungan. Hal ini hanya akan terpenuhi jika ayam yang dipelihara berasal dari bibit unggul, diberi pakan yang cukup dan kandang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Wednesday, June 17, 2015

Vaksinasi Korisa



Infectious Coryza (korisa) bukanlah suatu hal yang baru bagi kita semua terutama yang bergerak di bidang industri peternakan. Meskipun korisa tidak menyerang sistem reproduksi, bukan berarti tidak menyebabkan penurunan produksi telur. Penurunan nafsu makan menyebabkan nutrisi yang diperlukan tubuh tidak tercukupi sehingga produksi telur pun terganggu. Bahkan penurunan produksi dapat mencapai 10-40%. Akibat korisa, angka pengafkiran relatif tinggi serta terjadi peningkatan biaya untuk pengobatan. Pada ayam pedaging mengakibatkan pertumbuhan terganggu sehingga bobot badan tidak tercapai. Mencegah korisa pun bisa dibilang gampang-gampang susah. Hal ini terbukti berdasarkan hasil pemantauan tenaga lapangan Medion tahun 2007-2009, korisa selalu menduduki peringkat pertama pada ayam petelur.

Tabel 1. Ranking penyakit pada ayam petelur tahun 2007-2009



Sumber : Data Technical Service, Medion 2007-2009

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa persentase kejadian korisa selalu menurun dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena adanya program vaksinasi yang lebih baik dan juga didukung dengan biosecurity maupun manajemen.

Sekilas mengenai korisa, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus paragallinarum. Bakteri tersebut mudah mati bila di luar tubuh hospes (ayam) serta sensitif terhadap semua desinfektan. Tempat predileksi pada sinus infraorbitalis yang miskin dengan pembuluh darah. Pemberian obat pada kasus yang sudah parah relatif sulit untuk mendapatkan kesembuhan secara tuntas. Selain sifat tersebut, ayam yang sembuh dari serangan penyakit akan tetap membawa bibit penyakit (bersifat carrier/ pembawa). Atas dasar itulah, mengapa vaksinasi korisa menjadi penting guna mencegah kerugian yang lebih besar lagi.





Kebengkakan pada mata akibat korisa yang ditumpangi dengan bakteri E. coli

Namun terkadang beberapa peternak mengeluhkan mengapa ayam sudah divaksinasi korisa namun masih bisa terjadi outbreak. Apakah memang karena vaksin yang digunakan tidak berkualitas? Secara umum kegagalan vaksinasi dapat diartikan bahwa titer antibodi yang terbentuk dari hasil vaksinasi tidak mampu melawan infeksi dari lapangan. Jika dilihat dari kompleksnya faktor penyebab kegagalan vaksinasi, kita haruslah jeli dalam mengevaluasi.

Evaluasi pertama yang harus dilihat adalah kapan outbreak tersebut terjadi? Apabila outbreak terjadi pada < 3 minggu post vaksinasi, hal ini berarti antibodi yang dihasilkan oleh vaksin belum terbentuk secara optimal dan terjadi infeksi dari lapangan. Atau ada kemungkinan pada saat dilakukan vaksinasi, di dalam tubuh ayam sedang terjadi masa inkubasi penyakit. Masa inkubasi penyakit yaitu masa dimana bibit penyakit menginfeksi sampai menimbulkan gejala klinis sehingga ayam seolah-olah sehat namun selang beberapa hari ayam menunjukkan gejala klinis korisa.

Outbreak yang terjadi pada > 3 minggu post vaksinasi, maka kita perlu mengevaluasi faktor penyebab kegagalan tersebut meliputi: Materi, Metode, Mileu/ lingkungan dan Manusia (4M).

1. Materi (Vaksin dan Ayam)

a. Vaksin

Vaksin berkualitas merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan vaksinasi karena berpengaruh langsung terhadap potensi virus vaksin. Produksi Medivac Coryza mengacu pada standar nasional yaitu Farma-kope Obat Hewan Indonesia (FOHI) dan juga standar internasional seperti United State Pharmacopoeia, British Pharmacopoeia dan European Pharmacopoeia. Sebelum dipasarkan, vaksin tersebut harus melalui tahapanquality control (QC), baik uji potensi maupun keamanannya.

Bakteri H. paragallinarum pada Medivac Coryza masih memiliki kapsul yang menyelubungi sel (transparan)

Bakteri H. paragallinarum pada Medivac Coryza setelah diinaktif masih memiliki kapsul yang menyelubungi sel. Tujuannya adalah untuk melindungi sisi antigenik bakteri tetap utuh. Sisi antigenik inilah yang berfungsi untuk menghasilkan kekebalan tubuh pada ayam.

Vaksin korisa merupakan vaksin bakteri sehingga relatif lebih sulit dalam merangsang respon kekebalan yang tinggi. Berbeda dengan vaksin virus yang mampu menstimulasi pembentukan antibodi protektif dengan perlindungan > 80 %, vaksin korisa hanya distandarkan memberikan perlindungan > 70 %.

Dalam mengevaluasi kualitas vaksin perlu diperhatikan pula tanggal kadaluwarsa dan bentuk fisik sediaan vaksin. Vaksin yang baik belum kadaluwarsa, masih tersegel serta tidak ada perubahan bentuk fisik sediaan. Vaksin inaktif bentuk suspensi (Medivac Coryza B/Medivac Coryza T) yang pernah membeku dapat teridentifikasi dengan kecepatan adjuvant mengendap dalam waktu kurang dari 5 menit. Sedangkan pada vaksin inaktif bentuk emulsi relatif sulit dibedakan secara fisik. Vaksin yang sudah kadaluwarsa dan pernah membeku jangan digunakan karena sudah terjadi penurunan bahkan kerusakan potensi vaksin.

Lakukan pencatatan terhadap no. batch vaksin. Setiap batch Medivac selalu terdata di Medion dan jika ada komplain produk vaksin kita bisa dengan mudah melakukan penelusuran.

Vaksin inaktif belum pernah membeku (atas); pernah membeku (bawah)

Vaksin korisa berisikan bakteri yang dimatikan. Vaksin harus selalu terkondisikan pada suhu 2-8° C dan tidak boleh beku selama di gudang penyimpanan maupun transportasi. Terkadang untuk kepraktisan, peternak mengunakan kantong kresek yang diisi dengan sedikit es batu untuk membawa vaksin. Tanpa di sadari, hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi suhu vaksin sehingga dapat menyebabkan turunnya potensi vaksin. Distribusi vaksin dari kantor menuju kandang hendaknya menggunakan marina cooler atau styrofoam yang berisikan es batu.




b. Kondisi Ayam

Kondisi ayam akan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan titer antibodi. Hanya ayam yang sehat yang boleh divaksinasi. Untuk itu diperlukan ketelitian dari peternak untuk melakukan pengecekan terhadap kesehatan ayam. Secara sepintas, pemeriksaan kesehatan dapat dilihat dari adanya gangguan pernapasan, pencernaan, syaraf maupun konsumsi pakannya.

Ayam sakit sebaiknya jangan divaksin

Terdapat beberapa faktor immunosupressant yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh yaitu stres dan penyakit seperti CRD, gumboro, mikotoksin, dll yang dapat mempengaruhi keoptimalan dalam pembentukan titer antibodi. immnunosupressant akan mempengaruhi kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon kortikosteroid. Hormon inilah yang akan menghambat kerja organ limfoid (pembentuk kekebalan tubuh) sehingga antibodi yang dihasilkan menjadi tidak optimal.

Apabila ayam dalam kondisi sakit, harus dilakukan pengobatan terlebih dahulu untuk mengurangi derajat keparahannya, kemudian baru divaksin. Guna meningkatkan daya tahan tubuh ayam di berikan multivitamin seperti Vita Stress sebelum dan sesudah vaksinasi.



2. Metode

Kegagalan vaksinasi dapat disebabkan karena aplikasi/teknik vaksinasi yang tidak sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada leaflet. Teknik ini terkait dengan persiapan dan penanganan vaksin, proses peningkatan suhu secara bertahap, kualitas alat suntik (Socorex) dan ketepatan jadwal vaksinasi.

Kesalahan penanganan vaksin dapat menyebabkan kerusakan potensi vaksin antara lain :


Penyimpanan vaksin tidak sesuai (tidak pada suhu 2-8° C) atau beku


Terkena sinar matahari langsung


Tercemar bahan-bahan kimia seperti desinfektan, kaporit, detergent


Tercemar logam-logam berat seperti Zn (seng), Pb (timbal) dan Hg (air raksa)


Vaksin inaktif tidak habis dalam waktu 24 jam setelah segel dibuka dan dikeluarkan dari kulkas/marina cooler


Setelah dikeluarkan dari kulkas/ marina cooler dan digunakan, vaksin dimasukkan kembali ke kulkas.

Vaksin inaktif yang baru dikeluarkan dari kulkas tidak boleh langsung disuntikkan ke ayam. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan range suhu antara tubuh ayam dengan suhu vaksin yang cukup jauh sehingga dapat menyebabkan stres. Untuk meningkatkan suhu vaksin maka sebelum digunakan, vaksin harus terlebih dahulu digenggam-genggam dengan telapak tangan.

Vaksin inaktif harus sering dikocok selama pelaksanaan vaksinasi agar bakteri dan adjuvant dapat tercampur secara homogen. Pengocokan yang kurang akan mengakibatkan sebagian ayam hanya mendapatkan adjuvantnya saja dan dengan kata lain ayam tidak mendapatkan 1 dosis vaksin penuh.

Aplikasi vaksin korisa dilakukan dengan cara injeksi subkutan (bawah kulit leher) atau injeksi intramuskuler (otot dada atau otot paha). Metode penyuntikan yang kurang tepat dapat menyebabkan vaksin tidak masuk secara sempurna ke dalam tubuh ayam sehingga mempengaruhi keseragaman dosis vaksin. Keseragaman dosis vaksin akan berpengaruh terhadap keseragaman titer antibodi yang terbentuk.




Teknik penyuntikan yang tepat, injeksi subkutan (atas), injeksi intramuskuler pada paha (bawah)

Vaksinasi dengan cara penyuntikan harus dilakukan secara hati-hati. Bila dilakukan dengan ceroboh mengakibatkan kegagalan dan akan berakibat fatal. Akibat fatal yang mungkin terjadi antara lain ayam menjadi stres sehingga kematian tinggi pasca penyuntikan, leher terpuntir, terjadinya abses (kebengkakan) pada leher atau kelumpuhan kaki.

Alat suntik yang akan dipakai harus bersih dari sisa pemakaian vaksin sebelumnya serta dalam kondisi steril. Pemakaian alat suntik yang tidak steril atau berkarat dapat menyebabkan peradangan pada area bekas penyuntikan.

Peradangan pada daerah bekas injeksi akibat jarum suntik berkarat

Proses sterilisasi alat suntik dapat dilakukan dengan melepaskan spare part/bagian-bagian dari alat suntik, lalu dicuci dengan detergen kemudian direbus selama 30 menit dihitung dari air mulai mendidih. Sedangkan untuk memastikan volume vaksin, terutama setelah ada penggantian spare part, perlu dilakukan proses kalibrasi alat suntik. Kalibrasi secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan metode volumetri yaitu dengan membandingkan volume cairan yang terdapat pada alat suntik dengan tabung ukur. Cara ini cukup praktis dan efisien sehingga keseragaman dosis vaksin yang diterima oleh ayam dapat seragam. Apabila volume yang terdapat pada alat suntik dengan tabung ukur tidak sama maka sebaiknya alat suntik tersebut tidak digunakan untuk vaksinasi. Alat suntik tersebut perlu dilakukan kalibrasi dengan metode gravimetri yang dilakukan oleh instansi tertentu (Medion).

Tabung ukur (kiri); Alat suntik socorex (kanan)

Ketepatan jadwal vaksinasi tidak boleh terlupakan dari bagian evaluasi ini. Vaksinasi yang terlalu sering maupun terlambat sama-sama memiliki resiko. Vaksinasi yang terlalu sering dapat menyebabkan stres pada ayam. Vaksinasi yang terlambat, dikhawatirkan ketika ada serangan dari lapangan, tubuh belum memiliki antibodi yang mampu menangkalnya. Alhasil, outbreak pun tak dapat terelakkan. Sebagai panduan umum vaksinasi korisa pada ayam petelur di berikan pada umur 6-8 minggu dan diulang pada umur 16-18 minggu. Sedangkan pada ayam pedaging diberikan pada umur 1-2 minggu. Namun jadwal vaksinasi tersebut juga disesuaikan dengan umur rawan serangan korisa. Vaksinasi hendaknya dilakukan minimal pada 3 minggu sebelum terjadinya outbreak berdasarkan sejarah kasus sebelumnya. Hal ini didasarkan pada waktu yang diperlukan oleh vaksin inaktif untuk membentuk titer antibodi protektif




3. Mileu

Mileu merupakan segala sesuatu yang terkait antara lingkungan dengan peternakan. Meskipun program vaksinasi yang diberikan sudah tepat, namun bila jumlah bibit penyakit yang ada di lapangan tinggi maka tidak menutup kemungkinan titer antibodi yang terbentuk tidak mampu menahan serangan.

Penumpukan feses di bawah kandang

Hal-hal yang dapat memicu tingginya bibit penyakit di lapangan antara lain :


Penumpukan feses di kandang


Tempat pakan dan minum yang jarang dibersihkan


Penyemprotan kandang yang tidak intensif


Tidak dilakukan penyemprotan terhadap orang-orang yang akan masuk kandang


Lalu lintas orang/kendaraan yang keluar masuk kandang tidak terkontrol


Hewan liar/serangga/rodentia yang berperan dalam menularkan bibit penyakit tidak terkendali


Pemeliharaan serta managemen yang semrawut antara ayam dewasa dengan ayam kecil


Tidak menerapkan sistem “all in all out” terutama pada ayam petelur

Kita harus menyadari bahwa vaksinasi bukanlah satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit. Sebagai pendukung keberhasilan vaksinasi, diperlukan pula serangkaian langkah untuk meminimalkan jumlah bibit penyakit yang ada di lapangan melalui sanitasi, desinfeksi serta biosecurity. Sehebat-hebatnya vaksin jika tanpa didukung dengan upaya tersebut maka hasilnya akan sia-sia.

Desinfeksi alas kaki sebelum masuk kandang untuk meminimalkan jumlah bibit penyakit


4. Manusia

Semua orang yang terkait dengan peternakan tersebut memiliki andil yang besar dalam mencegah terjadinya outbreak penyakit. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan terutama dalam penanganan dan aplikasi vaksin merupakan titik awal dari berhasil atau tidaknya vaksinasi. Dengan demikian skill dan pengetahuan peternak maupun karyawan perlu ditingkatkan.

Pendidikan dan Pelatihan peternak, PT Medion


Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan salah satunya dengan mengikuti kegiatan seminar, pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh instansi-instansi terkait. Pelatihan dan pembinaan juga dapat dilakukan secara langsung di lapangan.



Bagaimana jika terjadi outbreak korisa ?

Jangan hanya terlena dengan evaluasi, tindakan harus segera diambil guna mengantisipasi penyebaran yang lebih luas dan menekan keparahan penyakit. Langkah yang harus diambil adalah :


Segera lakukan pemisahan/isolasi terhadap ayam yang sudah terlihat parah. Hal ini untuk meminimalisir penularan terutama dari lendir yang dikelurkan oleh ayam sakit


Pemberian antibiotik spektrum luas serta memiliki daya serap tinggi ke jaringan seperti Proxan-C, Trimezyn-S,Neo Meditril atau Therapy. Jika kondisi ayam sudah parah dimana terjadi kebengkakan mata, maka pemberian obat yang paling efektif melalui injeksi. Antibiotik yang bisa diberikan Vet Strep, Gentamin, Medoxy-LA atau Neo Meditril-I


Desinfeksi kandang dan tempat minum secara rutin sehari sekali. Lendir yang keluar dari hidung dan bercampur dengan air minum menjadi sumber penularan utama. Dengan demikian, perlu dilakukan desinfeksi air minum dengan Desinsep, Antisep atau Neo Antisep. Namun apabila sedang ada pengobatan via air minum, sebaiknya desinfeksi air minum dilakukan malam hari atau diendapkan terlebih dahulu minimal selama 12 jam.


Pemberian multivitamin seperti Fortevit, Aminovit atau Vita Stress untuk membantu meningkatkan stamina serta mempercepat proses kesembuhan


Jika perlu, pertimbangkan revaksinasi dengan menggunakan Medivac Coryza B/Medivac Coryza T suspensiondengan dosis 0,5 ml tiap ekor

Medivac Coryza T Suspension (kiri) dan Medivac Coryza B (kanan)

Mengevaluasi kegagalan vaksinasi harus dilakukan secara cermat sehingga akan ditemukan akar permasalahannya serta dijadikan pembelajaran untuk ke depannya. Mengambil hikmah dari setiap kejadian merupakan hal terbaik untuk proses perbaikan. Demikian, semoga bermanfaat dan sukses selalu.

(http://info.medion.co.id).

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berpartisipasi dalam blog ini
Admin